Model-Model
Komunikasi Antar Budaya (Hammer, Thomas & Kilmann)
Komunikasi
Antar Budaya Menurut Hammer
Perintis
yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya Menurut Hammer, sensitiviti terhadap
budaya yang tinggi adalah berkaitan dengan potensi yang tinggi untuk penerapan
kompetensi Budaya. Sensitiviti antara budaya merujuk kepada keupayaan untuk
mendiskriminasi dan melalui pengalaman yang relevan terhadap perbedaan Budaya
Etnosentrisme
merujuk kepada padangan atau sikap yang percaya bahawa budaya etnik sendiri
lebih unggul daripada budaya etnik lain. Etnorelativisme
pula merujuk kepada padangan atau sikap yang percaya bahawa budaya etnik
sendiri tidak semestinya unggul atau mutlak, tetapi berbeza antara individu
atau Budaya.
Salah satu studi yang pernah
dilakukan Hammer menetapan tiga tema sentral efektivitas komunikasi, yaitu: a)
Keterampilan berkomunikasi b) Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tekanan
antarbudaya c) Kemampuan untuk membangun relasi-relasi antarbudaya
Komunikasi
antarbudaya merupakan salah satu kajian ilmu komunikasi. Hammer mengatakan
bahwa komunikasi antarbudaya telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai
salah satu kajian dalam ilmu komunikasi. Hal ini dikarenakan sebagai berikut:
a. Secara teoritis memindahkan fokus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan
yang dibandingkan. b. Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro
kebudayaan. c. Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.
Hammer
menggunakan uncertainty sebagai ketidakmampuan untuk memprediksi atau
menjelaskan perilaku orang lain, perasaan, sikap atau nilai-nilai dan anxiety
adalah perasaan tidak nyaman, tegang, gelisah atau cemas. Kedua hal ini
digunakan untuk menjelaskan hubungan antarbudaya.
Hammer
berfokus tentang bagaimana pengelolaan/manajemen yang dilakukan seseorang untuk
mengurangi kecemasan (anxiety) dan ketidakpastian (uncertainty) yang dialami
ketika berhadapan dengan budaya barunya. Uncertainty sebagai ketidakmampuan
untuk memprediksi atau menjelaskan perilaku orang lain, perasaan, sikap atau
nilai-nilai dan anxiety adalah perasaan tidak nyaman, tegang, gelisah atau
cemas.
Gaya Manajemen Konflik Menurut Thomas
& Kilmann
Thomas
& Kilman dalam buku Wirawan (2013:140) menerangkan 5 jenis gaya manajemen
konflik diantaranya: Kompetisi (competing). Gaya manajemen konflik dengan
tingkat keserifan tinggi dan tingkat kerja sama rendah. Gaya ini merupakan gaya
yang berorientasi pada kekuasaan, di mana seseorang akan menggunakan kekuasaan
yang dimilikinya untuk memenangkan konflik dengan biaya lawannya.
Kolaborasi
(collaborating). Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerja
sama yang tinggi. Tujuannya adalah untuk mencari alternatif, dasar bersama, dan
sepenuhnya memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik.gaya
manajemen konflik kolaborasi merupakan upaya bernegosiasi untuk menciptakan
solusi yang sepenuhnya memuaskan pihak-pihak yang terlibat konflik. upaya
tersebut sering meliputi saling memahami permasalahan konflik atau saling
mempelajari ketidaksepakatan. Selain itu, kreativitas dan inovasi juga
digunakan untuk mencari alternatif yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Kompromi
(compromising). Gaya manajemen konflik kompromi berada di tengah antara gaya
kompetisi dan gaya kolaborasi. Dalam keadaan tertentu, kompromi dapat berarti
membagi perbedaan di antara dua posisi dan memberikan konsensi untuk mencari
titik tengah. Dalam menggunakan gaya manajemen kompromi ini, diperlukannya
keterampilan dalam penggunaannya. Dimana keterampilan yang harus dimiliki yaitu
kemampuan bernegosiasi, mendengarkan dengan baik yang dikemukakan oleh lawan
konflik, mengevaluasi nilai, menemukan jalan tengah, dan memberi konsensi.
Dengan demikian konflik yang terjadi dapat ditekan dan tidak menimbulkan
konflik yang baru.
Berikut
adalah alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik
kompromi: Pentingnya tujuan koflik hanya sedang dan tidak cukup bernilai untuk
dipertahankan dengan menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi atau
kolaborasi. Akan tetapi, konflik juga terlalu penting untuk dihindari, Kedua
belah pihak mempunyai kekuasaan dan konflik yang sama, serta mempunyai tujuan
yang hamper sama, Untuk mencapai solusi sementara atas masalah yang kompleks.
Menghindar (avoiding).
Gaya
manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerja sama yang rendah. Dalam
gaya manajemen konflik ini kedua belah pihak yang terlibat konflik berusaha
menghindari konflik. Menurut Thomas dan Klimann bebtuk menghindar tersebut bisa
berupa: (a) menjauhkn diri dari pokok masalah; (b) menunda pokok masalah hingga
waktu yang tepat; atau (c) menarik diri dari konflik yang mengancam dan
merugikan. Mengakomodasi (accommodating). Gaya manajemen konflik dengan tingkat
keasertifan rendah dan tingkat kerja sama tinggi. Seseorang mengabaikan
kepentingan dirinya sendiri berupaya memuaskan kepentingan lawan konfliknya
Kesimpulan
sensitif
terhadap budaya yang tinggi memiliki potensi yang tinggi terhadap penerapan
kompetensi budaya lain dan hal tersebut merujuk kepada upaya untuk
mendiskriminasikan terhadapap perbedaan budaya termaksud seperti etnosentrisme
yang merujuk kepada pandangan atau sikap yang percaya bahwa budaya etnik sendiri
lebih unggul daripada budaya etnik lain.
serta
untuk mengatur itu semua terdapat gaya manajemen konflik untuk mengontrol
disetiap konflik yang terjadi seperti contohnya menjauhkan diri dari pokok
masalah, menunggu pada pokok masalah yang tepat,menarik diri dari konflik yang
mengancam dan merugikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar