Minggu, 25 Desember 2022

 

Model-Model Komunikasi Antar Budaya (Hammer, Thomas & Kilmann)

 

Komunikasi Antar Budaya Menurut Hammer

Perintis yang penting kepada kompetensi budaya ialah sensitiviti antara Budaya Menurut Hammer, sensitiviti terhadap budaya yang tinggi adalah berkaitan dengan potensi yang tinggi untuk penerapan kompetensi Budaya. Sensitiviti antara budaya merujuk kepada keupayaan untuk mendiskriminasi dan melalui pengalaman yang relevan terhadap perbedaan Budaya

Etnosentrisme merujuk kepada padangan atau sikap yang percaya bahawa budaya etnik sendiri lebih unggul daripada budaya etnik lain. Etnorelativisme pula merujuk kepada padangan atau sikap yang percaya bahawa budaya etnik sendiri tidak semestinya unggul atau mutlak, tetapi berbeza antara individu atau Budaya.

            Salah satu studi yang pernah dilakukan Hammer menetapan tiga tema sentral efektivitas komunikasi, yaitu: a) Keterampilan berkomunikasi b) Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tekanan antarbudaya c) Kemampuan untuk membangun relasi-relasi antarbudaya

Komunikasi antarbudaya merupakan salah satu kajian ilmu komunikasi. Hammer mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya telah memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai salah satu kajian dalam ilmu komunikasi. Hal ini dikarenakan sebagai berikut: a. Secara teoritis memindahkan fokus dari satu kebudayaan kepada kebudayaan yang dibandingkan. b. Membawa konsep aras makro kebudayaan ke aras mikro kebudayaan. c. Menghubungkan kebudayaan dengan proses komunikasi.

Hammer menggunakan uncertainty sebagai ketidakmampuan untuk memprediksi atau menjelaskan perilaku orang lain, perasaan, sikap atau nilai-nilai dan anxiety adalah perasaan tidak nyaman, tegang, gelisah atau cemas. Kedua hal ini digunakan untuk menjelaskan hubungan antarbudaya.

Hammer berfokus tentang bagaimana pengelolaan/manajemen yang dilakukan seseorang untuk mengurangi kecemasan (anxiety) dan ketidakpastian (uncertainty) yang dialami ketika berhadapan dengan budaya barunya. Uncertainty sebagai ketidakmampuan untuk memprediksi atau menjelaskan perilaku orang lain, perasaan, sikap atau nilai-nilai dan anxiety adalah perasaan tidak nyaman, tegang, gelisah atau cemas.

 

Gaya Manajemen Konflik Menurut Thomas & Kilmann

        Thomas & Kilman dalam buku Wirawan (2013:140) menerangkan 5 jenis gaya manajemen konflik diantaranya: Kompetisi (competing). Gaya manajemen konflik dengan tingkat keserifan tinggi dan tingkat kerja sama rendah. Gaya ini merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan, di mana seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk memenangkan konflik dengan biaya lawannya.

Kolaborasi (collaborating). Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerja sama yang tinggi. Tujuannya adalah untuk mencari alternatif, dasar bersama, dan sepenuhnya memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik.gaya manajemen konflik kolaborasi merupakan upaya bernegosiasi untuk menciptakan solusi yang sepenuhnya memuaskan pihak-pihak yang terlibat konflik. upaya tersebut sering meliputi saling memahami permasalahan konflik atau saling mempelajari ketidaksepakatan. Selain itu, kreativitas dan inovasi juga digunakan untuk mencari alternatif yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Kompromi (compromising). Gaya manajemen konflik kompromi berada di tengah antara gaya kompetisi dan gaya kolaborasi. Dalam keadaan tertentu, kompromi dapat berarti membagi perbedaan di antara dua posisi dan memberikan konsensi untuk mencari titik tengah. Dalam menggunakan gaya manajemen kompromi ini, diperlukannya keterampilan dalam penggunaannya. Dimana keterampilan yang harus dimiliki yaitu kemampuan bernegosiasi, mendengarkan dengan baik yang dikemukakan oleh lawan konflik, mengevaluasi nilai, menemukan jalan tengah, dan memberi konsensi. Dengan demikian konflik yang terjadi dapat ditekan dan tidak menimbulkan konflik yang baru.

Berikut adalah alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik kompromi: Pentingnya tujuan koflik hanya sedang dan tidak cukup bernilai untuk dipertahankan dengan menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi atau kolaborasi. Akan tetapi, konflik juga terlalu penting untuk dihindari, Kedua belah pihak mempunyai kekuasaan dan konflik yang sama, serta mempunyai tujuan yang hamper sama, Untuk mencapai solusi sementara atas masalah yang kompleks. Menghindar (avoiding).

Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerja sama yang rendah. Dalam gaya manajemen konflik ini kedua belah pihak yang terlibat konflik berusaha menghindari konflik. Menurut Thomas dan Klimann bebtuk menghindar tersebut bisa berupa: (a) menjauhkn diri dari pokok masalah; (b) menunda pokok masalah hingga waktu yang tepat; atau (c) menarik diri dari konflik yang mengancam dan merugikan. Mengakomodasi (accommodating). Gaya manajemen konflik dengan tingkat keasertifan rendah dan tingkat kerja sama tinggi. Seseorang mengabaikan kepentingan dirinya sendiri berupaya memuaskan kepentingan lawan konfliknya

Kesimpulan

        sensitif terhadap budaya yang tinggi memiliki potensi yang tinggi terhadap penerapan kompetensi budaya lain dan hal tersebut merujuk kepada upaya untuk mendiskriminasikan terhadapap perbedaan budaya termaksud seperti etnosentrisme yang merujuk kepada pandangan atau sikap yang percaya bahwa budaya etnik sendiri lebih unggul daripada budaya etnik lain.

serta untuk mengatur itu semua terdapat gaya manajemen konflik untuk mengontrol disetiap konflik yang terjadi seperti contohnya menjauhkan diri dari pokok masalah, menunggu pada pokok masalah yang tepat,menarik diri dari konflik yang mengancam dan merugikan.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Model - Model Komunikasi Antar Budaya menurut Furnham & Bochner, Berlo-Liliweri  MODEL FURNHAM DAN BOCHNER             Dalam model Fur...